PEMIMPIN DAN PENGURUS INTI IAEI MASA DEPAN MENYONGSONG MUKTAMAR 5 IAEI

PEMIMPIN DAN PENGURUS INTI IAEI MASA DEPAN

 

Menyongsong Muktamar 5 IAEI

 

Sebentar lagi IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam) akan melangsungkan muktamar ke-5 yang insyaallah akan digelar pada akhir Desember pada tahun 2024. Muktamar ini terlambat dilaksanakan karena berbagai alasan dan faktor, khususnya kesibukan politik dan pemilihan momentum yang tepat untuk menggelar muktamar. Dengan demikian, kepengurusan saat ini sudah berakhir lebih dari 1 tahun, sehingga kedudukan pengurus sudah demisioner, demikian pula semua keputusan.

Sebagaimana dimaklumi bahwa IAEI sebagai wadah intelektual ekonomi Islam,  memiliki empat misi dan tujuan utama :

  1. Mengembangkan ilmu ekonomi Islam melalui riset, baik di perguruan tinggi maupun melalui lembaga-lembaga riset lainnya. Dalam hal ini IAEI mendorong pengembangan Pendidikan ekonomi Islam mulai dari level menengah sampai perguruan tinggi.
  2. Memasyarakatkan ekonomi syariah kepada seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia melalui gerakan sosialisasi dan edukasi publik.
  3. Memberikan kontribusi pemikiran yang konstruktif kepada pemerintah dalam berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi makro maupun mikro, khususnya melalui perspektif atau pendekatan ekonomi syariah, termasuk pembangunan regulasi dan hukum perundang-undangan
  4. Membangun kerja sama dengan lembaga-lembaga strategis baik lembaga pemerintah, lembaga regulator dan lembaga perbankan dan keuangan syariah, baik di dalam maupun luar negeri, kerjasama dengan lembaga perguruan tinggi dan lembaga-lembaga keuangan syariah atau perusahaan industri halal serta lembaga-lembaga pilantropis seperti lembaga zakat dan wakaf.

Salah satu pilar  penting yang akan diputuskan dalam Muktamar IAEI, selain pembahasan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah tangga,  Program kerja dan rekomendasi-rekomendasi strategis juga yang tidak kalah penting adalah  memilih pemimpin baru dan pengurus IAEI di masa depan.

Selain itu kita perlu melakukan evaluasi terhadap gerakan ekonomi Islam saat ini yang cendrung menurun  dengan  melakukan peningkatan, perbaikan dan perubahan untuk lebih mengoptimalkan peran dan kiprah IAEI di Indonesia.

Dalam forum Muktamar 5 nantinya, mari kita musyawarah secara kekeluargaan di forum tertinggi  ini untuk memilih pemimpin IAEI yang berjiwa jihad ekonomi Islam, memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan ekonomi syariah, memiliki kapasitas dan berkompeten, memiliki jaringan yang luas baik nasional maupun internasional.

 

Terkait dengan pemilihan kepemimpinan yang tepat, tentu masalah utama yang perlu di bahas adalah terkait dengan kriteria pemimpin ketua umum termasuk kesekjenan sebagai mitra strategis yang sangat menentukan dalam kemajuan sebuah organisasi.

Beberapa harapan para tokoh ekonomi Islam baik daerah maupun pusat menyerukan antara lain ;

  1. ”Agar kita memilih  pemimpin IAEI yang memiliki komitmen tinggi untuk memajukan ekonomi Islam di Indonesia”.
  2. ”Agar kita mengembalikan IAEI ke khittah seperti masa-masa awal, di mana mesin program berada di tangan akademisi yang memiliki komiten tinggi dan memiliki banyak waktu.  Pengurus inti di level operasional, adalah  mereka yang tidak sibuk, sehingga dapat mengembangkan dan memajukan IAEI dengan banyak program yang membumi di daerah-daerah dan di pusat. Pemimpin tertinggi (Ketua Umum) IAEI dapat saja seorang pejabat tinggi negara yang memiliki kekuasaan strategis, dan sudah  terbukti di dalam sejarah dengan  track record yang bagus berhasil mengembangkan dan memajukan ekonomi syariah di Indonesia. Namun, pengurus inti yang mengejawantahkan program berada di tangan para pegiat ekonomi syariah.

Mesin organisasi yang strategis terletak di tangan kesekjenan. Sekjen adalah motor dan mesin penggerak strategis dan utama dan sangat menentukan kemajuan dan keberhasilan IAEI dengan demikian Sekjen sangat menentukan kemunduran dan kemajuan IAEI itu sendiri.

Karena itu hampir semua profesor, pakar mengusulkan supaya sekjen IAEI adalah figur-figur akademik organisatoris yang memiliki banyak waktu dan berkompeten di dalam menggerakan organisasi serta memiliki pengalaman di dalam menggerakan organisasi-organisasi besar.

Mesin organisasi IAEI ( kesekjenan ) bukan juga tokoh politik, bukan dari kalangan politisi partai karena itu  kita seharusnya  mehhindarkan kesekjenan IAEI dari kepentingan partisan.
Mari kita pilih pemimpin-pemimpin IAEI  yang tidak prakmatis apalagi oportunis, tapi pemimpin dan mesin kesekjenan yang ikhlas berjuang untuk kemajuan syariah Allah di muka bumi.

Pemimpin dan kesekjenan yang memiliki kecerdasan intelektual dalam ekonomi islam,  memiliki wawasan yang luas dalam ekonomi islam. Bisa saja Ketua umum IAEI seorang Menteri yang visioner ekonomi Islam yang sangat sibuk. Namun diback up oleh  ketua harian yang fokus menjalankan program-program untuk  mengembangkan ekonomi Islam.

 

Selain itu, mesin gerakan organisasi ( sekjen ) adalah akademisi yang berkompeten dan punya banyak waktu untuk mengembangkan dan menjalankan program-program IAEI.

Seorang sekjen tidak perlu pejabat tinggi yang super sibuk,  karena pejabat negara yang super sibuk akan sulit menjalankan program-program IAEI sebagaimana sebelumnya.

Kesekjenan IAEI di masa depan haruslah kembali ke khittah yaitu kembali kepada akademisi yang berkapasitas, berkompeten, memiliki jaringan luas, punya pengalaman yang banyak dalam memimpin organisasi dan merupakan pejuang sejati ekonomi syariah yang berasal dari akademisi.

 

Pemimpin ke depan adalah pemimpin yang bertanggung jawab untuk memajukan IAEI.  Memiliki sence of belonging  untuk memajukan IAEI dan memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan ekonomi Islam.

Sekian

Pemimpin yang beriman dan bertaqwa kepada Allah yang memiliki visi dan misi yang mulia untuk memajukan ekonomi Islam di Indonesia, pemimpin yang memiliki sifat-sifat kenabian yaitu siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Pemimpin yang menggabungkan spirit para Nabi sebelumnya Seperti spirit Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman sampai kepada Nabi Muhammad Saw.

Pemimpin gerakan yang Soleh, pemimpin yang sering berkomunikasi dengan Allah di tengah malam dan pemimpin yang meminta bimbingan dari Allah dalam mengerakan ekonomi Islam

Pemimpin yang senantiasa memohon hidayah dan mendapatkan hidayah, pemimpin yang selalu berdoa kepada Allah untuk   diberi kekuatan dalam  menjalankan program-program AEI dan Ekonomi Islam.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *